Tak ada yang tahu masa depan,,,,
Hanya itu yang membuat
seseorang melangkah sangat hati-hati di saat sekarang. Banyak sekali
peribahasa yang berusaha menyampaikan pesan ini. "Nasi sudah menjadi
bubur". "Time never go back". "Kita harus berhadapan dengan penyesalan.
Menjadi dewasa berarti belajar menerima segala hal yang tidak dapat
kita ubah, menghadapi penderitaan yang tidak putus, dan belajar
mencintai hidup seperti adanya, bukan sebagaimana yang kita hendaki"
(Barbara Sher).
Semuanya berintikan sama. Jika saja ada seseorang
yang sudah tahu bahwa di masa depan akan menuai kepahitan, kegagalan,
kejatuhan, dan lain-lain sesamanya; pasti orang tersebut akan berusaha
agar sesuatu yg membuahkan hal2 tadi dicegah saat sekarang.
Banyak
kisah baik cerita fiksi maupun film yang bertemakan imajinasi melihat
masa depan. Kemudian kembali ke masa lampau, dan memperbaiki masa
sekarang agar dapat merubah kemalangan yang mungkin terjadi di masa
depan. Tapi semua hanya imajinasi. Hanya film dan cerita fiksi.
Angan-angan manusia yang dari dulu hingga sekarang tak pernah terwujud.
Mimpi adanya manusia yang menginjak bulan sudah terealisir. Mimpi
memiliki kereta api bawah laut sudah nyata. Bahkan dapat berkomunikasi
antar benua, merupakan teknologi manusia yang amat spektakuler. Belum
lagi penemuan2 medis yang juga sangat mencengangkan bagi manusia2 di
masa lampau tentunya. Tapi hingga kini, tak pernah terjadi adanya waktu
yang dapat diputar dan disetel ulang oleh manusia. Sebanyak apapun
manusia menciptakan imajinasi ini; waktu tak pernah berubah. Ia terus
bergerak maju, tak pernah pergi mundur. Manusia mati dan lahir secara
bergantian. Siklus itu terus berjalan dan tak pernah berakhir. Dunia
dalam waktunya, hanya mengulang sebuah pilihan, keputusan, konsekuensi
(salah n benar) dengan setting waktu, tempat dan orang yang berbeda.
Tindakannya sama.
Sadar bahwa waktu tak pernah
bergerak mundur itulah yang membuatku tetap tegar. Sebesar apapun
persoalan yang kuhadapi, tak pernah aku berharap bahwa waktu yang
bergerak mundur akan menyelamatkanku. Sesal atas kegagalan, kemalangan,
dan kepahitan tak kan pernah menyelamatkan masa depanku. Semua
konsekuensi pilihan gagal harus dapat kuhadapi, kujalani dan
kuperbaiki. Itu satu-satunya cara agar hidup tetap bermakna di setiap
perubahannya.
Belum lama sebenarnya.
Tanggal
30 Oktober 2011 yang lalu, aku baru saja menulis status di FB-ku
demikian : "I have already choose a friend here (Wonosari). I Hope he's
already a good friend for me..."
Now, tanggal 14
November 2011, I already realize,,,,,I've made a mistake. Ya. Memilih
adalah bagian dari takdir. Ketika pilihan sudah dijatuhkan, maka
konsekuensi harus diterima. Aku telah memilih seorang teman. Teman yang
kuanggap akan menjadi teman yang baik. Namun dunia dan waktu tak butuh
waktu lama untuk menunjukkan padaku bahwa aku gagal. Aku salah
menjatuhkan pilihan. Dan ketika serentetan konsekuensi itu datang, aku
harus menelannya sendirian. Karena pilihan adalah sebuah keputusan
pribadi yang pertanggungan jawabnya pun harus secara pribadi.
Temanku,,,menyakitiku. Hanya itu kata yang paling tepat untuk
menggambarkan rasa kegagalanku. Dan ketika ia menyakitiku, aku
tersadar. Bukan dia yang salah, tetapi aku! Akulah yang memilihnya.
Ini
bukan kali pertama kali aku gaga dan salah dalam menjatuhkan pilihanl.
Ini bahkan mungkin ke seribu sekian kalinya aku mengalami kegagalan.
Apalagi bila dihiitung sejak aku pertama kali belajar berjalan di masa
kecil dulu. Manusia memang tak pernah bisa memutar balik ulang waktu
yang terlanjur berputar. Aku ingat dengan kalimat Profesor Gunawan,
seorang ahli filsafat di UNY yang mengatakan demikian : "sekarang yang
ini bukanlah sekarang". Memang tak pernah ada waktu yang sama. Tiap
detik yang berlalu di bumi ini memiliki perbedaan. Detik lalu, banyak
peristiwa yang terjadi. Dalam satu putaran kosmos kehidupan, tak pernah
ada yang sama. Itulah yang kemudian membawaku pada satu titik, bahwa
pilihan tak selalu benar. Namun adalah naif jika kita memilih untuk
tidak memilih. Karena kelangsungan hidup ini memerlukan sebuah
keputusan. Meskipun dalam memutuskan sebuah pilihan harus siap dengan
konsekuensi kesalahan. Akhirnya, aku harus tetap yakin bahwa kelak aku
akan bertemu seorang kawan yang baik di tempatku yang sekarang. Entah
kapan dan bagaimana. Yang terpenting dari semua, adalah tetap berharap
bahwa the good will come. Hanya dengan harapan dan cita maka manusia
tetap punya semangat untuk melanjutkan pilihan hidupnya.
So, choice is the hinges of destiny......lan sabar iku ingaran mustikaning laku.....
Jogja, Nov 14th 2011......(@pingit)